Senin, 11 Februari 2013

3 Tahun Berkebun Sawit

(Berbagi Pengalaman)

Ditempat saya tinggal, Kabupaten Labuhanbatu merupakan sentra perkebunan kelapa sawit dan karet di Sumatera Utara. Di Kabupaten ini terdapat beberapa PTPN dan PT Swasta yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. Selain perkebunan besar, pada umumnya masyarakatnya juga berkebun sawit dan karet.

Suatu ketika dipertengahan Oktober 2009, saya disuruh oleh paman saya untuk melihat lahan yang akan dibelinya di sekitar Barakseng, Kelurahan Pulopadang, Kecamatan Rantau Utara. Dia beralasan tidak mempunyai waktu untuk melihat dan mempercayakannya kepada saya. Kebetulan lurahnya adalah kolega Paman, yaitu pak Abdul Kadir. Dan juga saya dengan beberapa teman sedang berhasrat berinvestasi dibidang ini.

Saya membawa serta seorang teman saya. Sesampainya dilahan yang dimaksud saya sangat tertarik melihat kondisinya. Luasnya sekitar 2,5 hektar, 2 hektar kosong dan sisanya ditanam sawit sekitar 100 batang dan kurang terurus dan umurnya sekitar 12 tahun. Awalnya lahan yang kosong itu adalah tanaman karet, mungkin ingin direplanting, karetnya sudah ditebang yang akan diganti dengan sawit. Mungkin karena kurang modal atau ada keperluan lain lahan itu terlantar sekitar 2 tahun.

Dalam pikiran saya, apabila sawit yang kurang terurus itu dirawat produksinya cukup untuk biaya mereplanting semua lahan itu. Saya mulai memikirkan lahan itu dijadikan investasi. Sesampainya dirumah paman, saya menyampaikan lahannya sangat bagus, saya juga tertarik untuk membelinya. Kebetulan ada lahan lain lagi yang akan dijual disekitar itu, dan perhatian paman tertuju kesitu. Hingga akhir Desember lahan itu saya beli dengan kredit multi guna dari bank sumut.


Peta Lahan Setelah Tanaman Baru
Tahun pertama saya menginvestasikan total Rp.206.621.100,- dengan pengembalian Rp.15.919.930,-. Dan Rp.16.621.100,- dari biaya investasi adalah untuk biaya pembersihan lahan, pembuatan pondok, pembibitan, pemanenan, peralatan dan pemupukan tanaman sawit yang sudah ada. Sekitar bulan Oktober saya menanam tanaman sawit baru disemua lahan total 377 batang. Peta lahan seperti gambar diatas dan ajir setiap batang sawit baru tanam dan garis kuning merupakan batas tanaman yang sudah ada.



Grafik Produksi Tahun ke-2
Tahun kedua investasi sudah lebih ringan sebesar Rp.6.166.000,-. Biaya Itu untuk pembersihan lahan, pemanenan, peralatan dan pemupukan. Karena sawit yang ada sudah dirawat pengembalian tahun kedua meningkat 35% dari tahun sebelumnya menjadi Rp.21.486.315,-. Grafik disamping menunjukkan peningkatan produksi sawit yang sudah ada tahun kedua. Tahun kedua ini tanaman baru rawan diserang hama terutama babi hutan dan tikus. Tercatat dari 377 batang tanaman baru 15 batang harus diganti karena serangan hama tersbut.


Cashflow untuk tahun ke-3
Tanaman Baru Umur 1 Tahun
Tahun ketiga saya berpikir untuk ekstensifikasi lahan. Saya memikirkan lahan yang lebih luas dengan menjual lahan yang sedang bertumbuh ini. Tahun ini investasi sebesar Rp.2.190.000,- untuk pembersihan lahan, pemanenan dan peralatan. Seperti gambar alur cashflow disamping, pengembalian sampai dengan Oktober menurun 31% dari tahun sebelumnya menjadi Rp.14.851.840. Karena perawatan tertuju pada sawit yang baru ditanam. Dan akhir Oktober saya menjual lahan tersebut dengan nilai Rp.300.000.000,-. Dari investasi sekitar 2 tahun 10 bulan, saya memperoleh keuntungan sebesar 72% atau sebesar Rp.137.280.985,-. Itu artinya investasi saya bertumbuh 25,50% per tahun. Selamat mencoba...!